Life..........

Life..........
me.. me.. me

Selasa, 21 Mei 2013

Kenapa harus mengecilkan seorang .... hmm... 'maid' ??

Hi dear...

Kali ini aku mau bercerita tentang 'maid'....asisten rumah tangga... si mbak.. si mbok...

Beberapa hari terakhir mendengar seringkali orang mengeluh tentang asisten rumah tangganya. Lebih seremnya barusan di bb group, temen marah karena baby sitternya mantan asisten rumah tangga, kenapa memangnya dengan asisten rumah tangga yang beralih fungsi jadi babysitter?

Belum jadi ibu sih, tapi kayaknya reaksi berlebihan aja saat asisten rumah tangga alih fungsi jadi babysitter dan dianggap kurang pintar, kurang telaten, dll... seringkali ART itu juga ibu yang juga pernah jaga anak, kalau pun mereka kurang pengalaman jadi babysitter, ya anggap aja sama kaya org yang baru join dalam profesi babysitter... hmmm... disini saya mau kita perhatikan 3 poin sebelum kita judge si ART yang alih fungsi ini...

Oke, kita telaah satu demi satu...
Saya termasuk orang yang terbiasa dengan asisten rumah tangga mama saya sejak saya kecil. bisa dibilang sejak saya SD. Saya galak bgt sama mereka, apalagi kalau saya lihat mereka leyeh-leyeh atau dengan alasan ga jelas alias lupa knp saya marah saat itu.

Bertambahnya umur, bertambahnya tingkat kedewasaan dan belajar dari lingkungan sekitar terutama agama. Saya melihat mereka tidak pantas diperlakukan demikian.

kenapa?
1. Normatif bgt ga sih saat orang bilang, 
mereka juga manusia.
    Tapi tunggu dulu, pelan-pelan perhatikan, hal itu sangat benar. Mereka juga manusia. Mereka punya perasaan, mereka punya keluarga yang harus dihidupi, mereka punya masalah, mereka punya tenaga dan keterbatasan sehingga bisa cape, bisa marah.
    Saat atasan kita terlalu bossy, atau malah segala inisiatif kita salah, kita sebagai manusia bisa marah, bisa cape, bisa bereaksi sama seperti saat 'maid' merasa diperlakukan semena-mena. 
Bayangkan setiap bicara ke mereka, setiap menyuruh, setiap marah, bayangkan itu kita sendiri.

2. Mereka itu sedang berjuang, sama kaya kita. Beruntungnya kita, kita diletakkan di keluarga yang mungkin bisa mencukupkan kita dari kecil, mengajarkan kita sekolah yang bener, memotivasi kita dengan memperlihatkan hal hebat yang bisa kita raih.
Kita beruntung dengan jalan Tuhan yang membawa kita sampai di posisi kita, dengan penghasilan yang cukup untuk menggaji orang lain bekerja dirumah, karena kita ga sempat untuk urus rumah kita sendiri.

Mereka berjuang, dengan gaji yang seringnya di bawah UMR, yang kalau kita aja dengan uang segitu belum tentu bisa bertahan hidup. Tetapi tuntutan kita ke mereka seakan kita udah bayar mereka setengah gaji kita sendiri.

Mereka punya keterbatasan berinisiatif, ya tentu... tingkat pendidikan sangat mempengaruhi orang untuk berinisiatif, jadi kalau kita yang sudah sarjana, sekolah tinggi - tinggi, justru jangan sampe inisiatifnya kurang dari mereka. Dan kalau mereka kurang di ini itu, ya dibilangin dengan bahasa 'awam' mungkin cara penyampaian yang terlalu 'tinggi' buat si asisten tidak mengerti.

Mereka berjuang sama seperti kita berjuang.

3. Mereka bekerja tanpa working hours. seringkali 24 jam, Bayangkan! 
Udah di gaji dibawah UMR, waktu kerja 24 jam. 

Banyak pastinya alasan untuk kita lebih bisa mengerti keadaan mereka, tetapi dari seluruhnya ada dua hal saling terkait, satu, perlakukan orang lain seperti kamu mau diperlakukan, dua, ada harga ada kualitas. :D

stay blessed!
AVP